BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ketrampilan Dasar Mengajar
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills)
adalah kemampuan atau keterampilan yang bersifat khusus (most specific
instructional behaviors) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur atau
widyaiswara agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan
profesional (As. Gilcman,1991). Dengan demikian keterampilan dasar mengajar
berkenaan dengan beberapa keterampilan atau kemampuan yang bersifat mendasar
dan harus dikuasai oleh tenaga pengajar dalam melaksanakan tugas mengajarnya.
1)
Menguasai
materi atau bahan ajar yang akan diajarkan (what to teach)
2)
Menguasai
metodologi atau cara untuk membelajarkannya( how to teach)
Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek no 2 yaitu cara
membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan
dikuasai oleh tenaga pengajar, karena dengan keterampilan dasar mengajar
memberikan pengertian lebih dalam mengajar. Mengajar bukan hanya sekedar proses
menyampaikan materi saja, tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti
pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan dan nilai-nilai.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan
“kecakapan untuk menyelesaikan tugas”, sedangkan mengajar adalah
“melatih”. Jadi keterampilan mengajar guru adalah seperangkat
kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman
seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan.
Sedangkan
menurut Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, seorang guru dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogis,
professional, kepribadian, dan sosial. Keterampilan dasar mengajar merupakan
satu keterampilan yang menuntut latihan yang terprogram untuk dapat
menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu
mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif.
B.
Macam-macam Ketrampilan Dasar Mengajar
1.
Keterampilan Bertanya
a.
Pengertian
Bertanya
merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk dalam
komunikasi pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan
yang dilontarkan guru sebagai stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan
jawaban (respon) dari peserta didik. Empat
Alasan Guru perlu menguasai keterampilan bertanya karena :
a)
Guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah.
b)
Siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan.
c)
Siswa harus dilibatkan secara mental-intelektual
secara maksimal, dan
d)
Adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk
menguji pemahaman siswa.
Pertanyaan yang baik mempunyai berbagai fungsi antara
lain:
a) Mendorong
siswa untuk berpikir.
b)
Meningkatkan
keterlibatan siswa.
c)
Merangsang
siswa untuk mengajukan pertanyaan.
d) Mendiagnosis
kelemahan siswa.
e)
Memusatkan
perhatian siswa pada satu masalah, dan
f)
Membantu
siswa mengungkapkan pendapat dengan bahasa yang baik.
b.
Komponen-Komponen keterampilan bertanya.
a)
Keterampilan bertanya dasar
·
Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat,
artinya pertanyaan harus dibuat dengan struktur kalimat yang sederhana.
·
Pemberian Acuan, artinya sebelum bertanya guru perlu
memberikan acuan berupa informasi yang perlu diketahui siswa.
·
Pemusatan, artinya memfokuskan perhatian siswa pada
inti masalah tertentu.
Contoh: Sebutkan macam-macam ikan!, Diantara banyaknya ikan,
ikan apa saja yang hidup di air tawar?
·
Pemindahan Giliran, artinya satu pertanyaan dijawab
secara bergilir oleh beberapa orang siswa. Jadi setelah siswa memberi jawaban,
maka guru meminta jawaban lagi kepada siswa kedua melengkapi jawaban tersebut,
dan kemudian meminta jawaban lagi kesiswa ketiga dan seterusnya.
·
Penyebaran, artinya beberapa pertanyaan berbeda ditujukan
kepada siswa berbeda pula.
·
Pemberian waktu berfikir, artinya setelah mengajukan
pertanyaan guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk
siswa untuk menjawabnya.
·
Pemberian Tuntunan, artinya guru harus memberikan
tuntunan saat jawaban siswa tidak sesuai harapan sehingga secara bertahap siswa
mampu memberikan jawaban. Tuntunan dapat diberikan dengan cara mengungkapkan
kembali pertanyaan dengan bahasa yang sederhana (memparafrase), mengajukan
pertanyaan lain, mengulangi penjelasan materi.
b)
Ketrampilan bertanya lanjut
Ketrampilan bertanya lanjut merupakan
lanjutan dari ketrampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan
berpikir siswa, memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar dapat
berinisiatif sendiri. Keterampilan bertanya lanjut di bentuk di atas landasan
penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua komponen
bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya lanjut.
Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah : Pengubahan susunan
tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, Pengaturan urutan pertanyaan,
Penggunaan pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.
2. Ketrampilan Memberi Penguatan
Penguatan
(reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun
non verba, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap
tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed
back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau
koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
a.
Tujuan
memberi penguatan :
1.
Membangkitkan
motivasi belajar peserta didik
2.
Merangsang
peserta didik berpikir yang baik
3.
Menimbulkan
perhatian peserta didik
4.
Menumbuhkan
kemampuan berinisiatif secara pribadi
5.
Mengendalikan
dan mengubah sikap negative peserta didik dalam belajar kearah perilaku yang
mendukung belajar
6.
Memelihara
iklim kelas yang kondusif
b.
Jenis-jenis
penguatan :
1.
Penguatan
verbal, yaitu penguatan yang paling mudah digunakan dalam kegiatan
pembelajaran, yang dapat diberikan dalam bentuk komentar, pujian, dukungan,
pengakuan/dorongan yang diharapkan dapat meningkatkan tingkah laku dan
penampilan siswa. Komentar , pujian dsb tersebut dapat diberikan dalam bentuk
kata-kata dan kalimat.
2.
Penguatan
non verbal, yaitu penguatan yang dapat ditunjukkan dengan cara sebagai berikut
:
·
Mimik
dan gerakan badan
·
Gerak mendekati
·
Sentuhan
·
Kegiatan
yang menyenangkan
·
Pemberian
symbol/benda
3.
Penguatan
tak penuh, yaitu pengutan yang diberikan untuk jawaban atau respon siswa yang
hanya sebagian benar , sedangkan bagian lainnya masih perlu diperbaiki.
Kemudian, guru meminta siswa lain untuk memberikan jawaban yang masih perlu
diperbaiki tersebut.
c.
Prinsip-prinsip
pemberian penguatan :
1.
Kehangatan
dan keantusiasan
2.
Kebermaknaaan
3.
Menghindari
penggunaaan respon negative
4.
Dapat
bersifat pribadi atau kelompok
5.
Memberikan
kesan/dampak positive kepada peserta didik
3.
Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi
stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi
belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta
penuh partisipasi.
a.
Tujuan
keterampilan mengadakan variasi antara lain adalah :
1.
Mempertahankan
kondisi optimal belajar
2.
Menghilangkan
kebosanan siswa dalam belajar
3.
Meningkatkan
motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu
4.
Mengembangkan
keinginan siswa untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru
5.
Meleyani
gaya belajar siswa yang beraneka ragam
6.
Meningkatkan
kadar keaktifan / keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran
b.
Jenis-jenis
variasi :
1.
Variasi
dalam gaya mengajar, yaitu penggunaan variasi yang berkaitan dengan gaya
mengajar guru, seperti variasi suara, pemusatan perhatian, kesenyapan,
mengadakan kontak pandang, gerakan badan dan mimic, perubahan dalam posisi
guru.
2.
Variasi
pola interaksi dan kegiatan, pola interaksi dalam kegiatan pembelajaran dapat
bervariasi dari yang paling didominasi guru sampai yang berpusat siswa sendiri.
Dilihat dari pengorganisasian siswa, pola interaksi dapat dibedakan atas pola
interaksi klasikal, kelompok kecil, berpasangan, dan perorangan.
3.
Variasi
penggunaan media / alat bantu pembelajaran, alat bantu pembelajaran dapat
divariasikan sesuai dengan fungsinya serta variasi kesensitifan indera para
siswa. Sebagaimana diketahui ada siswa yang lebih mudah belajar dengan cara
mendengarkan, melihat, meraba, mencium atau diberi kesempatan untuk
memanipulasi media/ alat bantu yang digunakan.
c.
Prinsip-prinsip
pengadaan variasi :
1.
Gunakan
varisi dengan wajar , jangan dibuat-buat
2.
Perubahan
satu jenis variasi ke variasi lainnya harus efektif
3.
Penggunaan
variasi harus direncanakan dan sesuai dengan bahan, metode, karakteristik
peserta didik
4.
Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan
menjelaskan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu :
a.
Keterampilan
merencanakan penjelasan. Mencakup dua sub komponen, yaitu :
1.
Merencanakan
isi pesan (materi). Mencakup tiga hal penting, yaitu :
·
Menganalisis
masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan, termasuk unsure-unsur yang
terkait dalam masalah itu
·
Menetapkan
jenis hubungan antara unsure-unsur yang berkaitan tersebut
·
Menelaah
hokum , rumus, prinsip atau generalisasi yang mungkin dapat digunakan dalam
menjelaskan masalah yang ditentukan.
2.
Menganalisis
karakteristik penerimaan pesan
Karakteristik siswa yang perlu dianalisis antara lain
mencakup : usia, jenis kelamin, jenjang kemampuan, latar belakang keluarga dan
lingkungan belajar.
b.
Keterampilan
menyajikan penjelasan
Keterampilan menyajikan penjelaskan
terdiri atas komponen-komponen berikut :
1.
Kejelasan
2.
Penggunaan
contoh dan ilustrasi
3.
Pemberian tekanan
4.
Balikan
c.
Prinsip-prinsip
keterampilan menjelaskan :
1.
Penjelasan
harus bermakna dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
2.
Penjelasan
harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik
3.
Materi penjelasan harus dikuasai secara baik oleh guru
4.
Dalam
menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang konkrit dan dihubungkan
dengan kehidupan
5.
Penjelasan
dapat diberikan diawal, tengah, maupun akhir pelajaran
6.
Penjelasan
dapat diberikan bila peserta didik bertanya atau dapat juga atas rancangan guru
7.
Penjelasan
harus diselingi tanya jawab
5.
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran yaitu
usaha guru untuk mengkondisikan mental peserta didik agar siap dalam menerima
pelajaran. Dalam mebuka pelajaran guru harus mengetahui tujuan yang akan
dicapai dan langkah-langkah yang akan ditempuh.
Keterampilan
menutup pelajaran adalah kemampuan guru dalam mengakhiri kegiatan inti pelaran.
Dalam menutup pelajaran guru dapat menyimpulkan materi pelajaran, mengetahui
tingkat pencapaian peserta didik, dan tingkat keberhasilan guru dalam proses
belajar mengajar.
a.
Tujuan
membuka pelajaran :
1.
Menyiapkan
mental siswa untuk memasuki kegiatan inti pelajaran
2.
Membangkitkan
motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran
3.
Memberikan
gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas yang harus dikerjakan siswa
4.
Menyadarkan
siswa akan hubungan antara pengalaman/bahan yang sudah dimiliki/diketahui
dengan yang akan dipelajari
5.
Memberikan
gambaran tentang pendekatan atau kegiatan yang akan diterapkan atau
dilaksanakan dalam kegiatan belajar
b.
Tujuan
menutup pelajaran :
1.
Memantapkan
pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung
2.
Mengetahui
keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran
3.
Memberikan
tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru saja dikuasai
c.
Prinsip-prinsip
membuka dan menutup pelajaran :
1.
Bermakna
Kegiatan yang dilakukan dalam
membuka dan menutup pelajaran haruslah bermakna, artinya relevan dengan materi
yang akan dibahas dan sesuai dengan karakteristik siswa sehingga mencapai
tujuan yang diinginkan, seperti menarik perhatian, meningkatkan motivasi,
memberi acuan ,membuat kaitan, mereview atau menilai.
2.
Berurutan
dan berkesinambungan
Agar prinsip berurutan an
berkesinambungan guru hendaknya berusaha membuat susunan kegiatan yang tepat,
yang sesuai dengan minat, pengalaman, dan kemampuan siswa, serta jelas
kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya.
6.
Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi
kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau
informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok
merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau
memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk
berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian
diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan
berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.
a)
Komponen-komponen
keterampilan membimbing diskusi :
1.
memusatkan
perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi
2.
memperluas
masalah atau urutan pendapat
3.
menganalisis
pandangan siswa
4.
meningkatkan
urunan pikir siswa
5.
menyebarkan
kesempatan berpartisipasi
6.
menutup
diskusi
b)
Syarat-syarat
diskusi kelompok kecil :
1.
jumlah
anggota kelompok 3-9 orang
2.
terjadinya tatap muka informal
3.
ada
tujuan yang ingin dicapai
4.
berlangsung
secara sistematis
c)
Prinsip-prinsip
penggunaaan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil :
1. Diskusi dapat dilaksanakan dalam
semua pengajaran bidang studi di jenjang kelas yang siswanya sudah mampu
mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan.
2. Topik atau masalah yang di
diskusikan haruslah topik/masalah yang memerlukan informasi/pendapat dari
banyak orang untuk membahasnya atau memecahkannya.
3. Diskusi kelompok di sekolah dasar
masih memerlukan bantuan guru untuk membimbingnya.
4. Diskusi harus berlangsung dalam
iklim terbuka yang penuh persahabatan sehingga memungkinkan terjadinya sikap
saling menghargai.
5. Sebelum diskusi, guru hendaknya membuat perencanaan dan
persiapan.
6. Diskusi mempunyai
kekuatan/keuntungan yang dapat di manfaatkan secara maksimal.
7. Diskusi kelompok mempunyai
kelemahan-kelemahan yang dapat menggagalkan atau tidak tercapainya tujuan
diskusi.
8. Guru hendaknya menghindari hal-hal seperti :
menyelenggarakan diskusi dengan topic yang tidak sesuai, mendominasi diskusi
dengan berbagai informasi, membiarkan terjadinya monopoli dan penyimpangan,
tergesa-gesa meminta respon siswa, membiarkan siswa pasif/enggan
berpartisipasi, tidak memperjelas uraian.
7.
Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.
Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian
tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi
ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok
yang produktif.
a.
Tujuan
dari pengelolaan kelas adalah :
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas
yang memungkinkan peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal.
2. Mempertahankan keadaan yang stabil
dalam suasana kelas, sehingga bila terjadi gangguan dalam belajar mengajar
dapat dikurangi atau dihindari.
3. Menghilangkan berbagai hambatan dan
pelanggaran disiplin yang dapat merintangi terwujudnya interaksi belajar
mengajar.
4. Mengatur semua perlengkapan dan
peralatan yang memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan
social, emosional, dan intelektual peserta didik dalam kelas.
5. Melayani dan membimbing perbedaan
individual peserta didik.
Suatu kondisi belajar yang optimal
dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu
diperhatikan komponen-komponen keterampilan, antara lain:
a) Keterampilan yang bersifat preventif
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam
mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan hal-hal seperti keterampilan menunjukkan sikap tanggap,
membagi perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan
petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan memberi penguatan
b) Keterampilan yang bersifat represif
Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru
terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat
mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun
guru telah menggunakan tingkah laku dan respon yang sesuai, guru dapat meminta
bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua siswa. Ada 3
pendekatan yang dapat diterapkan oleh guru dalam mengatasi gangguan
berkelanjutan, yaitu :
·
Memodifikasi
tingkah laku
·
Pengelolaan
kelompok
·
Menemukan
serta mengatasi tingkah laku yang menimbulkan masalah
b.
Prinsip-prinsip
pengelolaan kelas :
1.
Kehangatan
dan keantusiasan guru sangat berperan dalam menciptakan iklim kelas yang
menyenangkan.
2.
Kata-kata
dan tindakan guru yang dapat menggugah siswa untuk belajar dan berperilaku baik
akan mengurangi kemungkinan munculnya perilaku yang menyimpang
3.
Penggunaan
variasi dalam mengajar dapat mengurangi terjadinya gangguan
4.
Keluwesan
guru dalam kegiatan pembelajaran dapat mencegah munculnya gangguan
5.
Guru
harus selalu menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan
perhatian pada hal-hal yang negative
6.
Guru
hendaknya mampu menjadi contoh dalam menanamkan disiplin diri sendiri
7.
Guru
hendaknya menghindari terjadinya hal-hal berikut :
·
Mencampuri
kegiatan siswa secara berlebihan
·
Kesenyapan
·
Ketidaktepatan
memulai dan mengakhiri kegiatan
·
Penyimpangan
yang berlarut-larut dari pokok pembahasan
·
Bertele-tele
·
Mengulangi
penjelasan yang tidak perlu.
8.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini
ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3- 8 orang untuk kelompok
kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan
perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta
terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa
dengan siswa.
a.
Ciri-ciri
pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai berikut :
1.
Terjadi
hubungan ( interaksi) yang akrab dan sehat antara guru dan siswa serta siswa
dengan siswa
2.
Siswa
belajar sesuai dengan kecepatan, cara, kemempuan, dan minatnya sendiri.
3.
Siswa
mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya.
4.
Siswa
dilibatkan dalam penentuan cara-cara belajar yang akan ditempuh, materi dan
alat yang akan digunakan, dan bahkan tujuan yang ingin dicapai.
b.
Peran
guru dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai berikut :
1.
Organisator
kegiatan pembelajaran
2.
Sumber
informasi bagi siswa
3.
Pendorong bagi siswa untuk belajar / motivator
4.
Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa
5.
Orang
yang mendiagnosis kesulitan siswa dan member bantuan yang sesuai dengan
kebutuhannya
6.
Peserta kegiatan yang memepunyai hak dan kewajiban yang sama
dengan peserta lainnya
c.
Prinsip-prinsip
membimbing diskusi kelompok kevil atau perorangan :
1.
Laksanakan
diskusi dalam suasana yang menyenangkan
2.
Berikan
waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan
3.
Rencanakan diskusi kelompok dengan sistematis
4.
Bimbinglah
dan jadikanlah diri guru sebagai teman dalam diskusi
d.
Komponen
katerampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
Komponen-komponen penting yang dapat
dipelajari guru dalam mengembangkan pembimbingan kelompok kecil adalah :
1.
Pemusatan
perhatian
2.
Memperjelas permasalahan
3.
Menganalisis pandangan peserta didik
4.
Meningkatkan urunan, pikiran psesrta didik
5.
Menyebarkan kesempatan untuk berpartisipasi
6.
Mengadakan pendekatan secara pribadi
7.
Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
8.
Membimbing dan memudahkan belajar
9.
Merencanakan dan melakukan kegiatan
pembelajaran
10.
Menutup diskusi
Berbagai hal yang harus dihindari
guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil adalaha :
1.
Membiarkan
peserta didik mengemukakan pendapat yang tidak ada kaitannya dengan topic
pembicaraan
2.
Membiarkan
diskusi dikuasai/dimonopoli oleh peserta didik tertentu
3.
Membiarkan
peserta didik tidak aktif
4.
Melaksanakan
diskusi yang tidak sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik
5.
Tidak
memberikan kesempatan yang cukup kepada peserta didik untuk memikirkan
pemecahan masalah
6.
Tidak
merumuskan hasil diskusi dan tidak membentuk tindak lanjut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar